Hipoglikemia (shock insulin) adalah
suatu sindrome yang komplek berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa,
dimana konsentrasi serum glukosa menurun
sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik sistem saraf. Kadar glukosa
serum 50 – 55 mg /100ml ( N.55 – 115 mg / dl ) dan adanya gambaran klinis sebagai petunjuknya.
Hipoglikemia
adalah suatu komplikasi dari Diabetes Melitus dimana gula dalam darah rendah
yaitu kurang dari 60 mg/dl.
Seringkali
sebagai komplikasi akut IDDM, tetapi dapat juga terjadi pada NIDDM yang
mendapatkan oral hipoglikemik.
PENYEBAB
Terdapat beberapa pencetus hipoglicemia, yang paling sering
adalah karena pengobatan diabitus militus sebagai berikut :
a. Dosis insulin atau oral
hipoglikemia berlebihan.
b. Kelambatan makan atau
kandungan glukosa.
c. Kelambatan absorbsi glukosa
dari saluran cerna.
d. Olah raga atau aktivitas
yang berlebihan.
e. Gagal ginjal
PATOFISIOLOGI (PROSES PENYAKIT)
Normal
tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 60-120 mg/dl. agar dapat memberi
sumber energi bagi metabolisme sel. Pemasukan glukosa dari berbagai sumber
seperti : pemasukan makanan, pemecahan glikogen, glukoneogenesis memacu terjadinya
respon insulin. Orang sehat akan segera memproduksi Hormon insulin untuk
menurunkan kembali kadar gula darah ke level yang normal.
Pada
orang Diabetes Melitus, terjadi defisiensi Insulin, sehingga Glukosa tidak bisa
dimanfaatkan oleh sel dan hanya beredar di pembuluh darah sehingga menimbulkan
Hiperglikemia. Untuk menurunkan kadar gula darah biasanya diberikan Insulin,
namun karena dosis yang kurang tepat bisa menimbulkan penurunan glukosa darah
yang cepat.
Efek dari
penurunan glukosa darah , bisa timbul Hipoglikemia, dengan gejala yang ringan
sampai berat. Gejala Hipoglikemia Ringan, ketika kadar glukosa darah menurun,
sistem syaraf simpatis akan terangsang. Terjadi pelimpahan adrenalin ke dalam
darah menyebabkan gejala : perspirasi, tremor, takhikardia, palpitasi, gelisah
dan rasa lapar.
Pada
Hipoglikemia Sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi
pada sistem syaraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusio, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan.
Pada
Hipoglikemia Berat, fungsi sistem syaraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
Hipoglikemia yang diderita, gejalnya : Disorientasi, serangan kejang, sulit
dibangunkan dari tidur, kehilangan kesadaran.
Terjadi hipoglikemia bila serum glukosa tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan. Sistem saraf sangat sensitif
terhadap penurunan kadar glukosa serum, karena glukosa merupakan sumber energi
utama. Otak tidak dapat menggunakan sumber energi lain (ketone, lemak) kecuali glukosa. Sebagai konsekwensi penurunan kadar
glukosa, maka akan mempengaruhi aktivitas sistem saraf.
Dalam keadaan normal,
penurunan glukosa serum oleh karena aktivitas hormon insulin secara akut, akan
merangsang sekresi hormon glukagon dan epinephrin yang dapat meningkatkan kadar
glukosa darah.
Sekresi hormon glukagon pada
penderita IDDM mengalami gangguan, sehingga tidak dapat menaikkan kadar gula
darah. Peran hormon glukagon diasumsikan akan digantikan oleh hormon
ephinephrine untuk menaikan gula darah, dengan cara meningkatkan produksi
glukosa hepar dan menghambat sekresi hormon insulin. Akan tetapi pada penderita
IDDM sekresi hormon ephinephrine juga menurun, sebagai akibat adanya gangguan
saraf outonom.
Respon terhadap penurunan
kadar gula darah (hipoglikemia) dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu :
1. Gejala adrenergik à sebagai akibat dari
stimulasi sistem saraf outonom dengan gejala palpitasi, iritabile, kelemahan
umum, dilatasi pupil, pucart, keringat dingin.
2. Gejala neuroglycopenia à sebagai akibat dari tidak
adekwatnya suplay gula darah ke jaringan saraf, yaitu sakit kepala, gelisah,
tidak mampu konsentrasi, bicara tidak jelas, gangguan penglihatan, kejang,
coma. Hal ini sering tampak pada kadar glukosa darah dibawah 45 – 50 mg/dl.
KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA
Tipe hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
- Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
- Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
- Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
- Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme
Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :
- Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
- Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
- Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada table. Nilai kadar glukose darah/ plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
PENATALAKSANAAN MEDIK
1.
Glukosa 40% IV, atau glukosa 10% IV setelah 6 jam
2.
Glukagon 1-3 mg IM/SC namun jarang dilakukan
3.
TKTP
4.
Bila tidak ada gangguan sistem syaraf pusat, diberi
minuman cairan yang mengandung karbohidrat
5.
Monitor gula darah tiap jam jika perlu
__________________________________
Referensi :
Carpenito, Lynda Juall.
2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi
Pada Praktik Klinis Ed 9. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed. 3. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C . 2002. Buku
Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta:
EGC.
0 komentar:
Posting Komentar