• Selamat datang di Media Cerdas Kesehatan - mediacerdaskes.blogspot.com

    Blog ini dibuat sebagai media dalam memenuhi tugas dan berbagi informasi terkait dunia keperawatan dan kesehatan. Anda juga dapat menemukan kami di facebook Media Cerdas Kesehatan. Info lebih lanjut, kritik dan saran silahkan hubungi admin - Email : mediacerdas.kesehatan@yahoo.com

  • Kata-Kata Bijak

    "{"Tidak usah menuntut orang lain untuk menjadi lebih baik, perhatikan dirimu sudah pantaskah menuntut orang lain" (By Satya Putra Lencana)}" Anda juga dapat menemukan kami di facebook Media Cerdas Kesehatan. Info lebih lanjut, kritik dan saran silahkan hubungi admin - Email : mediacerdas.kesehatan@yahoo.com

  • Kata-Kata Bijak

    {"Jangan pernah menyimpulkan segala sesuatu hanya dari persepsimu sendiri, tak semuanya sesuai seperti apa yang kamu fikirkan. Fikirkan berkali lipat sebelum menilai orang lain, berhenti mencari kesalahan, koreksi diri dan berubahlah, karena saat semuanya telah pergi, semuanya menjadi terlambat" (By Satya Putra Lencana)} Anda juga dapat menemukan kami di facebook Media Cerdas Kesehatan. Info lebih lanjut, kritik dan saran silahkan hubungi admin - Email : mediacerdas.kesehatan@yahoo.com

  • Kata-Kata Bijak

    {"Ada dua nikmat yang sering kali memperdayakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan kelapangan waktu" (H.R. BUKHARI)} Anda juga dapat menemukan kami di facebook Media Cerdas Kesehatan. Info lebih lanjut, kritik dan saran silahkan hubungi admin - Email : mediacerdas.kesehatan@yahoo.com

  • Kata-Kata Bijak

    {"Bukan yang paling kuat yang bisa bertahan hidup, bukan juga yang paling pintar. Yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan" (By Charles Darwin)} Anda juga dapat menemukan kami di facebook Media Cerdas Kesehatan. Info lebih lanjut, kritik dan saran silahkan hubungi admin - Email : mediacerdas.kesehatan@yahoo.com

  • Kata-Kata Bijak

    "Jika kita ingin merombak keadaan yang telah mapan, pakar manajemen Tom Peters memberikan nasihatnya, "Jangan guncang perahunya, tenggelamkan dan mulailah bangun yang baru" (By Tom Peters)} Anda juga dapat menemukan kami di facebook Media Cerdas Kesehatan. Info lebih lanjut, kritik dan saran silahkan hubungi admin - Email : mediacerdas.kesehatan@yahoo.com

Minggu, 30 Maret 2014

Posted by Unknown
No comments | 19.38


A.     DEFINISI
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal (Long, 1996:322).
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri ( Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer, 2002:1460).

B.     ETIOLOGI
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman (2001:378) batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1.      Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2.      Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
3.      Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4.      Penurunan jumlah air kemih : dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5.     Jenis cairan yang diminum : minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
6.    Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
7.      Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).
8.      Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9.      Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).

C.    PATHOFISIOLOGI
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2001:388):
1.      Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
2.      Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3.      Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4.      Teori Epistaxy
5.      Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
6.      Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.

D.   PATHWAY




E.    MANIFESTASI KLINIS
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1.      Urine
a.       pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
b.      Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c.       Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
d.      Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi hiperekskresi.
2.      Darah
a.       Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b.      Lekosit terjadi karena infeksi.
c.       Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d.      Kalsium, fosfat dan asam urat.
3.      Radiologis
a.       Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.
b.      Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.
4.      USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
5.      Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu saluran kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.

G.     PENGOBATAN
Menurut Soeparman ( 2001:383) pengobatan dapat dilakukan dengan :
1.      Mengatasi SimPtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.
2.      Pengambilan Batu
a.       Batu dapat keluar sendiri : batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya melebihi 6 mm.
b.      Vesikolithotomi.
c.       Pengangkatan Batu
1)      Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu. Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
2)      Metode endourologi pengangkatan batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.
3)      Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
d.      Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)
1)      Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
2)      Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
3)      Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.
4)      Pemberian obat Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada.

H.    KOMPLIKASI
Komplikasi yang disebabkan dari Vesikolithotomi (Perry dan Potter, 2002:1842) adalah sebagai berikut:
a.       Sistem Pernafasan
Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.
b.      Sistem Sirkulasi
Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
c.       Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi. Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya peristaltik usus.
d.      Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena hilangnya tonus otot.
e.       Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan jaringan internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
f.       Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.



ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
Dalam melakukan pengkajian pada vesikolithiasis yaitu :
1.      Data biologis meliputi :
a.       Identitas klien (umur,jenis kelamin,pekerjaan,pendidikan)
b.      Identitas penanggung
2.      Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Adanya rasa nyeri : lokasi,karakter,durasi dan hubungannya denagn urinasi serta factor-factor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya
3.      Riwayat infeksi traktus urinarius
a.       Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menangani infeksi traktus urinarius
b.      Adanya gejala panas atau menggigil
c.       Sistoskopi sebelumnya,riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostic renal atau urinarius
4.      Gejala kelainan urinasi
a.       Disuria (sakit dan sulit saat berkemih) kapan keluhan ini terjadi pada saat urinasi ( awal atau akhir urinasi )
b.      Hesistancy (keterlambatan yang abnormal atau kesulitan untuk memulai urinasi)
c.       Mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi dapat menunjukan adanya kompresi uretra,neurogenik kandung kemih atau obstruksi saluran keluar
d.      Inkontinensia (pengeluaran urine diluar kehendak) : dapat terjadi akibat cidera pada sfingter urinarius eksterna
5.      Riwayat salah satu berikut :
a.       Hematuri : perubahan warna atau volume urin dapat menunjukan adanya kanker traktus urogenital,iritasi pada uretra,ataupun adanya trauma
b.      Nokturia : menunjukan penurunan kemampuan ginjal untuk memekatkan urine
c.       Penyakit pada usia anak-anak (nefrotik syndrome)
d.      Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal (DM,hipertensi,trauma abdomen,cidera medulla spinalis)
6.      Pemeriksaan fisik
a.       TTV
b.      Inspeksi : adanya distensi kandung kemih
c.       Palpasi : adanya nyeri tekan pada kandung kemih
d.      Perkusi : pada daerah supra pubis apakah terdengar suara dullness

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada traktus urinarius
2.      Nyeri yang berhubungan dengan distensi kandung kemih (retensio urine)
3.      Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
4.      Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan pasien mual dan muntah

C.    RENCANA KEPERAWATAN

No Dx
NOC
NIC
1





Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1/4 jam, pasien dengan reesiko infeksi diharapkan dapat teratasi dengan criteria hasil
IMMUNE STATUS
v Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
v Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
v Jumlah leukosit dalam batas normal
v Menunjukkan perilaku hidup sehat
v Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

v  Pertahankan teknik aseptif
v  Batasi pengunjung bila perlu
v  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
v  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
v  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
v  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
v  Tingkatkan intake nutrisi
v  Berikan terapi antibiotik: .....
v  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
v  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
v  Monitor adanya luka
v  Dorong masukan cairan
v  Dorong istirahat
v  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
v  Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 10 menit
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dengan nyeri akut diharapkan dapat teratasi dengan criteria haasil :
PAIN LEVEL : 2102
v  (210201) Melaporkan nyeri berkurang dari skala 4 menjadi 2
v   (210202) Ekspresi wajah rilek tidak gelisah
v  (210203) Tidak ada kehilangan selera makan
v  (210204) Posisi proteksi terhadap nyeri tidak ada

Pain Menagement : 1400
v  Kaji lokasi, karakteristik dan kualitas nyeri
v  Observasi tanda non verbal terhadap ketidaknyaman
v  Bantu keluarga memberikan support
v  Dorong klien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri
v  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
v  Kontrol factor lingkungan terhadap ketidaknyaman
v  Berikan informasi tentang penyebab dan antisipasi nyeri
v  Ajarkan penggunaan tahnik non farmakologi (relaksasi/distraksi)
v  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik / OAINS

3
Setelah di lakukuan tindakan keperawatan 3x 24 jam pada pasien dengan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat mulai teratasi dengan kriteria hasil:
Nutritional Status (status nutrisi):
-          Intake nutrisi meningkat   sesuai dengan diit
-          Intake makanan dan cairan   meningkat sesuai dengan diet
-          Menunjukkan perubahan prilaku/pola hidup untuk menigkatkan/ mempertahakan BB.

Nutrition Management
-          Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, BB, intergritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah/diare.
-          Pastikan pola diet biasa pasien
-          Awasi masukan dan pengeluaran nutrisi dan BAB secara periodik
-          Selidiki adanya anoreksia







DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth aja. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI . Penerbit buku kedokteranEGC: Jakarta.

Doengos, Marilynn, E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerbit bukukedokteran EGC: Jakarta.

Smeltzer, Suzanne.C dan Brenda G. bare. 2002. Keperawatan medical bedah .Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta

Somantri, Iman. 2008. KMB: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Alsagaff, Hood, 2006, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.
Pearce, Evelyn, 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pooter, Patricia, A., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Anonim1.Buku Ilmu Penyakit Dalam.Vol 3 Ed 4. Jakarta: EGC Misnadiarly.2008. Penyakit Infeksi saluran napas. Jakarta: Pustaka Populer Obor

0 komentar:

Posting Komentar