- Anda merasa tidak ada yang melakukan pekerjaan sebaik Anda.
- Di akhir hari kerja, Anda selalu melihat ada pekerjaan yang belum selesai dan hal itu mengganggu Anda.
- Anda sering menolak undangan pertemuan dari teman/keluarga atau acara sosial lainnya dengan alasan “banyak pekerjaan”.
- Bacaan dan kontak pribadi Anda hampir semuanya berhubungan dengan profesi Anda.
- Selama bekerja, Anda tidak menyadari banyaknya energi yang telah dicurahkan, sampai Anda merasa kelelahan.
- Sebenarnya Anda tidak tahu bagaimana menghabiskan waktu luang Anda, sehingga lebih baik Anda bekerja.
- Anda kadang-kadang terbangun di malam hari dan mencemaskan atau mencatat hal-hal yang penting untuk pekerjaan.
- Dalam masa stres yang tinggi, Anda melewatkan istirahat untuk makan siang, berolahraga atau tidur yang cukup.
- Anda membawa pekerjaan ke rumah atau ke tempat yang seharusnya untuk berlibur dan mengerjakannya di sana.
- Meskipun telah bekerja lebih keras, Anda merasa kurang mampu dibandingkan sebelumnya.
Selasa, 07 Oktober 2014
Posted by Unknown
No comments | 17.19
Tidak
hanya nikotin, alkohol, internet, dan facebook, bekerja juga dapat menimbulkan
kecanduan. Ada orang-orang yang sedemikian larut dalam pekerjaan sehingga
mengabaikan keluarga, teman, tubuh dan bahkan kesehatan sendiri.
Di
masyarakat modern yang memuji kerja keras, kecanduan kerja adalah fenomena yang
tak mudah terlihat. Padahal, kerja keras tidak sama dengan kecanduan kerja
(workaholik).
“Sangat
mudah untuk melewatkan tanda-tandanya,” kata Ronald Burke, profesor perilaku
organisasi di Schulich School of Business, York University, Toronto. “Pecandu
kerja dihargai, menjadi anggota terhormat dari organisasi. Namun apa yang
terjadi pada jiwa terdalam mereka adalah tanda-tanda penyakit yang tidak
terlihat. ”
Gila
kerja = Cepat mati
Kecanduan
kerja memperpendek umur. Di Jepang, mati karena kecanduan kerja disebut
karoshi, di Cina disebut guolaosi. Belum ada kata padanannya dalam bahasa
Indonesia.
Sebuah
studi Amerika yang diterbitkan dalam jurnal Occupational and Environmental
Medicine menunjukkan bahwa lembur dan jam kerja yang panjang berhubungan dengan
peningkatan risiko hipertensi, penyakit jantung, kelelahan, stres, depresi,
gangguan muskuloskeletal, infeksi kronis, diabetes dan keluhan kesehatan umum
lainnya. Di Jepang, karoshi paling banyak disebabkan oleh aneurisme otak,
stroke dan serangan jantung.
Sebuah
studi lain yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine
menyimpulkan bahwa orang yang bekerja 11 jam atau lebih per hari memiliki
risiko 67 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner dibandingkan
dengan orang yang bekerja tujuh atau delapan jam sehari. Semakin panjang
seseorang bekerja dalam sehari, semakin tinggi risiko terkena penyakit jantung
koroner, penelitian itu menyimpulkan. Kecanduan kerja tidak hanya merugikan
kesehatan, tetapi juga berdampak pada kualitas kehidupan keluarga dan
masyarakat.
Tanda-tanda
Kerja
merupakan inti dari banyak kehidupan modern sehingga gejala kecanduan kerja
tidak mudah dikenali. Jika Anda bekerja berlebihan, Anda mungkin dipuji dan
dihormati di pekerjaan, namun dikritik oleh keluarga karena kurangnya
keseimbangan hidup.
Seorang
workaholik selalu sibuk dengan pekerjaan, baik di tempat kerja atau tidak.
Tidak seperti orang-orang yang hanya bekerja keras, pecandu kerja dikuasai oleh
pekerjaan, merasa dipaksa untuk bekerja, tidak dapat mendelegasikan pekerjaan
kepada orang lain, memiliki lebih banyak stres, perfeksionis, dan mungkin menggunakan
pekerjaan sebagai pelarian.
Tanda-tanda
berikut dapat memberikan indikasi awal kecanduan kerja:
Semakin
banyak jawaban “Ya!”, semakin tinggi kemungkinan Anda sedang menuju atau sudah
mengalami kecanduan kerja. Hentikanlah kondisi tersebut, bahkan apabila Anda
merasa baik-baik saja. Cobalah untuk melepaskan diri dari kecanduan kerja,
apalagi bila Anda sudah melihat gejala- gejala penarikan (withdrawal) seperti
sering berkeringat, jantung berdebar atau diare ringan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar